Perjumpaan Allah Dengan Keluarga Didalam Ibadah

Kamis, 13 November 2014

Perjumpaan Allah Dengan Keluarga Didalam Ibadah


Pengertian sederhana “Ibadah” dalam kristiani merupakan perjumpaan Tuhan terhadap kita manusia. Ibadah yang paling mungkin dilaksanakan didalam keluarga adalah Ibadah sabda. Dalam ibadah ini seluruh anggota berkumpul dan bersama-sama menghadap Tuhan yang hadir didalam keluarga. Didalam ibadah sabda kita bertemu dengan Yesus dan mendengarkan sabda-sabdaNya dan menanggapinya.


Allah Hadir dan bersabda, Yesus Kristus telah mati, bangkit, naik kesurga dan duduk disebelah kanan Allah Bapa dan menjadi pembela kita (Rm. 8:34). Dengan berbagai cara Ia hadir dalam GerejaNya (LG 48). Dalam perayaan Ekaristi, selain hadir dalam kedua rupa ekaristi seperti yang telah kita lihat (liturgi Ekaristi), Yesus juga hadir dalam sabdaNya (liturgi Sabda). Konstitusi Liturgi menandaskan bahwa Allah benar-benar hadir dalam sabdaNya, karena Ia sendirilah yang berbicara bilamana didalam Gereja Alkitab dibacakan (KL 27). Hal yang sama ditegaskan oleh Pedoman Umum Misale Romawi : “bila Alkitab dibacakan didalam Gereja, Allah sendirilah yang bersabda kepada umatNya dan Kristus mewartakan kabar baik, sebab Ia hadir dalam sabda itu” (PUMR 29)

Allah telah mempersatukan suami dan istri dalam ikatan perkawinan dan menghendaki mereka untuk membangun keluarga yang setia kepadaNya. Dalam perjalanan hidup keluarga, Allah tetap menyertai keluarga itu dan membimbingnya. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Dalam Kitab suci Bapa yang ada disurga dengan penuh cinta kasih menjumpai para putraNya dan berwawancara dengan mereka (DV 21). Ketika seluruh anggota keluarga berkumpul dan Kitab Suci dibacakan, Allah hadir dan menyampaikan sabdaNya kepada seluruh anggota keluarga : kepada setiap anggota sebagai pribadi dan sebagai keluarga. Melalui Kitab Suci Allah menyapa keluarga, menyampaikan kehendakNya, dan membimbing keluarga tersebut.

Menanggapi sabda Allah melalui sabda yang dibaca dan direnungkan, Allah telah berbicara kepada seluruh anggota keluarga. Sebagai tanggapan atas sabdaNya, seluruh anggota keluarga menyampaikan doa-doa kepada Allah. Doa-doa itu dapat berupa pujian, ucapan syukur, maupun permohonan. Tetapi, semua mengambil inspirasi dari sabda yang telah direnungkan sehingga sungguh-sungguh menjadi tanggapan atas sabda yang telah disampaikan Allah. Sabda yang telah disampaikan Allah. Untuk itu orangtua perlu mengajar anak untuk menyusun doa untuk disampaikan kepada Allah. Ini tidak berarti orangtua mendiktekan doa untuk diucapkan kepada anak, tetapi membantu anak untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan.
Dengan demikian, keluarga juga menjadi sekolah doa bagi anak-anak yang lahir didalamnya. Dalam hal ini, orangtua menjadi guru doa bagi anak-anaknya. Paus Yohannes Paulus II menyatakan “karena martabat serta perutusannya, orangtua Kristiani mengemban tanggungjawab khas membina anak-anak mereka dalam doa, sambil mengajak mereka menemukan secara berangsur-angsur misteri Allah dan berwawancara secara pribadi denganNya: terutama dalam keluarga Kristiani yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah.

sumber : Buku Panduan Bulan Kitab Suci Nasional 2014

0 komentar :

Posting Komentar

Berikan komentar terbaik yang membangun.