Perjumpaan Allah Dengan Keluarga Didalam Ibadah
Pengertian sederhana “Ibadah” dalam kristiani merupakan perjumpaan
Tuhan terhadap kita manusia. Ibadah yang paling mungkin dilaksanakan didalam
keluarga adalah Ibadah sabda. Dalam ibadah ini seluruh anggota berkumpul dan
bersama-sama menghadap Tuhan yang hadir didalam keluarga. Didalam ibadah sabda
kita bertemu dengan Yesus dan mendengarkan sabda-sabdaNya dan menanggapinya.
Allah Hadir dan bersabda, Yesus Kristus telah mati, bangkit, naik
kesurga dan duduk disebelah kanan Allah Bapa dan menjadi pembela kita (Rm.
8:34). Dengan berbagai cara Ia hadir dalam GerejaNya (LG 48). Dalam perayaan Ekaristi,
selain hadir dalam kedua rupa ekaristi seperti yang telah kita lihat (liturgi Ekaristi),
Yesus juga hadir dalam sabdaNya (liturgi Sabda). Konstitusi Liturgi menandaskan
bahwa Allah benar-benar hadir dalam sabdaNya, karena Ia sendirilah yang
berbicara bilamana didalam Gereja Alkitab dibacakan (KL 27). Hal yang sama
ditegaskan oleh Pedoman Umum Misale Romawi : “bila Alkitab dibacakan didalam
Gereja, Allah sendirilah yang bersabda kepada umatNya dan Kristus mewartakan
kabar baik, sebab Ia hadir dalam sabda itu” (PUMR 29)
Allah telah mempersatukan suami dan istri dalam ikatan perkawinan dan
menghendaki mereka untuk membangun keluarga yang setia kepadaNya. Dalam perjalanan
hidup keluarga, Allah tetap menyertai keluarga itu dan membimbingnya. Bagaimana
hal itu dapat terjadi? Dalam Kitab suci Bapa yang ada disurga dengan penuh
cinta kasih menjumpai para putraNya dan berwawancara dengan mereka (DV 21). Ketika
seluruh anggota keluarga berkumpul dan Kitab Suci dibacakan, Allah hadir dan
menyampaikan sabdaNya kepada seluruh anggota keluarga : kepada setiap anggota
sebagai pribadi dan sebagai keluarga. Melalui Kitab Suci Allah menyapa
keluarga, menyampaikan kehendakNya, dan membimbing keluarga tersebut.
Menanggapi sabda Allah melalui sabda yang dibaca dan direnungkan,
Allah telah berbicara kepada seluruh anggota keluarga. Sebagai tanggapan atas
sabdaNya, seluruh anggota keluarga menyampaikan doa-doa kepada Allah. Doa-doa
itu dapat berupa pujian, ucapan syukur, maupun permohonan. Tetapi, semua mengambil
inspirasi dari sabda yang telah direnungkan sehingga sungguh-sungguh menjadi
tanggapan atas sabda yang telah disampaikan Allah. Sabda yang telah disampaikan
Allah. Untuk itu orangtua perlu mengajar anak untuk menyusun doa untuk
disampaikan kepada Allah. Ini tidak berarti orangtua mendiktekan doa untuk
diucapkan kepada anak, tetapi membantu anak untuk mengungkapkan isi hatinya
kepada Tuhan.
Dengan demikian, keluarga juga menjadi sekolah
doa bagi anak-anak yang lahir didalamnya. Dalam hal ini, orangtua menjadi guru
doa bagi anak-anaknya. Paus Yohannes Paulus II menyatakan “karena martabat
serta perutusannya, orangtua Kristiani mengemban tanggungjawab khas membina
anak-anak mereka dalam doa, sambil mengajak mereka menemukan secara
berangsur-angsur misteri Allah dan berwawancara secara pribadi denganNya:
terutama dalam keluarga Kristiani yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban
Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah.
sumber : Buku Panduan Bulan Kitab Suci Nasional 2014
0 komentar :
Posting Komentar
Berikan komentar terbaik yang membangun.